Langsung ke konten utama

Juli Istimewa

TimNas U-19, siapa sih yang nggak kenal mereka? Sebuah tim nasional sepak bola kebanggaan Indonesia yang namanya melejit dan terkenal dimana-mana setelah menjuarai ajang AFF 2013 mengalahkan Vietnam serta yang lolos babak kualifikasi AFC 2013 mengalahkan juara bertahan Korea Selatan.

Aku? Suka TimNas U-19? Jangankan suka, tau mereka aja nggak. Maklumlah, aku memang jarang bahkan hampir nggak pernah mengikuti olahraga-olahraga semacam sepak bola seperti ini. Iya sih, kala itu bapak dan adik aku sedang menonton pertandingan sepak bola di televisi yang katanya TimNas Indonesia main, tapi aku nggak pernah menontonnya dengan seksama. Tapi aku jadi penasaran ketika teman-teman satu kelas heboh dengan adanya nama-nama Evan Dimas, Putu Gede, Ravi Murdianto, Mahdi Fahri dan lain sebagainya.

Okeh, malam itu aku baru saja menerima pesan singkat dari sahabat aku, Renzi yang saat itu masih mengidolakan Ravi Murdianto untuk menonton pertandingan TimNas U-19 yang kebetulan sudah final melawan Korea Selatan. Aku diminta untuk melihat dan memberi pendapat idolanya yang bernomor punggung 1 itu. Biasa saja, apanya yang spesial? Aku sempat diprotes oleh Renzi karena dia merasa bahwa Ravi Murdianto itu ganteng. Selanjutnya aku diminta lagi untuk melihat dan memberi pendapat pemain lain yang bernomor punggung 2, siapa lagi kalau bukan Putu Gede Juni Antara. Awalnya biasa juga, tapi selama melihat pertandingan dari awal hingga akhir aku menemukan sebuah kehebatan skill dan keunikan dari diri Putu Gede. Yaps, dia selalu sigap merebut bola dari kaki lawan atau pun dengan sesegera membuangnya demi menyelamatkan gawang Indonesia. Uniknya, hampir di setiap kesempatan dia selalu merapikan rambutnya yang lebat itu. Aku juga baru sadar kalau ternyata Putu Gede sangat manis ketika ia tersenyum memeperlihatkan giginya yang putih dan tertata rapi. Saat itulah aku mengenal TimNas U-19 dan menyukai Putu Gede Juni Antara.

Setelah selesainya babak kualifikasi AFC 2013, TimNas U-19 menjalankan tour nusantara untuk persiapan piala AFC di Myanmar Bulan Oktober kemarin. Kala itu, terkadang aku dan Renzi membayangkan, bagaimana jika kota tempat kami tinggal yaitu Kediri juga menjadi salah satu kota tujuan tour nusantara mereka? Pastinya kami sangat senang menyambut kedatangan mereka di Kediri.

                “Nad, mungkin nggak ya TimNas U-19 ke Kediri?”, tanya Renzi di kelas ketika bel jam istirahat baru saja berhenti.

                “Kayaknya nggak deh, kan Kediri bukan kota besar juga.”, jawabku ragu.

                “Iya sih, tapi kalau mereka ke sini kan pasti seru. Aku bisa ketemu sama my baby honey Septian David, Nad.”, ujar Renzi lebay.

                “Iiiih, lebay deh kamu. Udah berpaling ke Septian David nih? ”

                “Biarin, emangnya kamu nggak pengen ketemu sama Kak Putu? Hehehe… iya Nad, David kan manis juga.”

                “Hahahaha… tipe-tipe nggak setia kamu. Pengen sih, tapi ya mau gimana lagi, kayaknya nggak mungkin deh.”

                “Tapi aku sekarang udah setia kok sama my baby honey David. Jangan pesimis dong, Nad, berdoa lah biar Kediri juga menjadi bagian dari tour nusantara mereka.”

                “Aamiiin… Iya,Ren. 


Tuhan Maha Mendengar. Tak berselang lama, ada kabar bahwa TimNas U-19 akan menjalani tour nusantara ke Jawa Timur, dan Kediri menjadi salah satu tujuan mereka di tanggal 4 Juli 2014. Gimana nggak heboh coba, Kota Kediri? Dikunjungi TimNas U-19? Rasanya seperti mimpi bakal bisa ketemu sama Tim Nasional sepak bola kebanggaan Indonesia.

Jauh-jauh hari aku dan Renzi memikirkan rencana akan memberikan apa kepada idola kami dan bagaimana caranya biar bisa ketemu dengan mereka. Mulai dari yang stand by di hotel Insumo yang bakal jadi tempat penginapan mereka serta datang ke Stadion Brawijaya untuk melihat latihannya. Mungkin kalau ditanya cara mudahnya, pasti kami memilih ikut Meet and Greet yang sepertinya akan leluasa bertemu serta bisa foto bareng mereka sepuasnya. Tapi melihat harga tiket MnG yang wow banget itu dan mengingat kami hanyalah pelajar dari golongan keluarga yang sederhana, kami mesti mikir-mikir lagi untuk membelinya. Nggak hanya tiket MnG, tapi juga tiket pertandingan antara TimNas U-19 dengan Persik Kediri yang harganya juga termasuk woww. Mungkin ada tiket ekonomi yang sekiranya kami mampu untuk membelinya, tapi kami juga mesti mikir dua kali  karena pastinya di bagian tribun ekonomi itu cowok-cowok semua. Bukan maksud kami tidak bisa berkorban untuk mereka, tapi kami juga melihat kondisi keuangan dan latar belakang orangtua kami yang bukan termasuk golongan orang kaya.

 Okeh, perjalanan kami dimulai dari tanggal 1 Juli 2014 yang kebetulan saat itu merupakan awal bulan Ramadhan. Sore hari kami berniat untuk mampir Insumo setelah berputar-putar mencari kado untuk masing-masing idola kami. Tapi ketika sampai sana ternyata mereka belum datang, dan menurut satpam di sana, mereka akan datang malam harinya. Kami pun berlanjut mampir ke stadion brawijaya untuk melihat suasana di sana. Apa yang kami lihat? Di sana, di tengah-tengah tribun stadion telah disiapkan papan skor antara Persik U-21 dan TimNas U-19. Tak hanya itu, kami juga melihat para pemain Persik U-21 yang sedang berkumpul untuk mendapat arahan sebelum latihan dimulai. Di kursi pinggir lapangan juga terdapat beberapa orang yang mungkin bagian dari official Persik U-21.

Pagi di tanggal 2 Juli 2014 merupakan perjalanan kami yang paling lama. Hampir seharian kami menunggu mereka  keluar dari hotel untuk melihat sesi latihan pertamanya di lapangan Brawijaya. Pukul 09.30 WIB kami sudah stand by di Insumo. Sepi, nggak ada tanda-tanda aktivitas TimNas U-19 yang akan keluar dari hotel. Yah, mungkin mereka masih capek. Tapi tak berselang lama, sekilas kami melihat beberapa orang mengenakan jersey biru laut sedang menarik koper dari parkiran dalam hotel. Seketika kami dengan 3 fans lainnya langsung histeris.

                “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………………………”, teriak kami semua.

                “Eh, itu bukan sih?” tanyaku ragu.

                “Kayaknya iya, pakai jersey biru laut kan?”

                “Iya sih,Ren. Ya ampun, cuma ngelihat mereka dari belakang kok udah seheboh ini sih? Aku sampai hampir nangis tau nggak.”,  kataku histeris.

                “Iya Nad, aku juga hampir nangis ini.”

Setelah peristiwa hebohnya beberapa orang yang mengenakan jersey biru laut manarik koper itu, kami mendapat info dari satpam di sana bahwa TimNas U-19 akan menjalani latihan pertamanya sore harinya pukul 15.00 WIB. Berhubung saat itu masih pagi, kami berniat untuk kembali melihat suasana stadion Brawijaya.

Masih seperti biasa, nggak ada perubahan. Papan-papan sponsor pun juga masih belum terpasang di pinggir-pinggir lapangan itu. Karena kami tak ingin sia-sia panas-panas ke lapangan, dan saat itu suasana sedang sepi, kami menggunakan kesempatan itu untuk foto-foto di tribun dekat papan skor. Tak hanya disitu, kami juga menyempatkan mengambil foto di dekat gawang dan di tengah luasnya lapangan.

Pukul 13.30 WIB kami kembali ke Insumo untuk menunggu TimNas U-19 keluar. Detik demi detik terus berputar hingga pukul 14.45 WIB di lobby terlihatlah kak Maldini, kak Yabes, dan para official yang sepertinya sedang meeting, interview atau apalah aku nggak tau. Suasana saat itu sangat ramai. Para fans mulai berdatangan. Tak hanya dari Kediri, tapi dari Nganjuk, Tulungagung, Malang, Semarang juga datang ke hotel Insumo. Kami semua tak diperbolehkan masuk dan harus tetap menunggunya di luar. Saat itu pula lah aku menjadi cerewet, selalu banyak tanya ke Renzi.

                “Ren, kok nggak boleh masuk sih?”

                “Ren, Kak Maldini kok nunduk terus sih?”

                “Lhah,Ren, sekarang jadi ditutupi wajahnya.”

                “Kak Putu kok nggak keluar-keluar ya?”

                “Ren, udah jam 15.20 nih, katanya latihan jam 15.00 WIB?”

                “Berisik deh! Gitu ngatain aku lebay.”, ujar Renzi sewot.

                “Hehehee… peace!”

Tak berselang lama, pukul 15.55 WIB mereka semua keluar dengan membawa peralatan dan kebutuhan lainnya untuk latihan di stadion Brawijaya. Semua fans pada berebut untuk menjadi yang terdepan supaya bisa salaman atau foto bareng denga idolanya masing-masing. Kami pun hanya bisa histeris memanggil nama-nama idola kami dan cuma bisa bersalaman dengan coach Indra. Karena histeris dan banyaknya para fans, kami sampai nggak sempat memberikan kado yang sedari pagi sudah terbungkus rapi dan kami bawa untuk Kak Putu dan David.

Setelah semuanya sudah naik ke Bus, cepat-cepat kami berlari ke arah motor dan langsung tancap gas ke stadion Brawijaya sebelum TimNas U-19 sampai duluan. Sesampainya di sana, kami sempat tidak diperbolehkan masuk ke area VIP tempat masuk keluarnya para pemain. Tapi ntah bagaimana ceritanya, akhirnya kami diperbolehkan masuk dan menunggu bus yang membawa TimNas U-19 sampai. Setelah mereka sampai, turunlah satu per satu para pemain menuju dalam stadion.

                “Kak Hargi………” teriakku tak digubris, mungkin nggak dengar kali ya.

                “Kak Ravi………” teriakku lagi, tapi tak dilihat. Mungkin bingung kali ya siapa yang manggil.

                “Kak Febly…….” teriakku sekali lagi yang sangat keras, dan kali ini kak Febly menengok ke arahku dengan senyumnya yang ramah.

                “Aaaaaaa…. Renzi… kak Febly nengok ke sini.”, kataku histeris seraya mengguncang-guncangkan tubuh Renzi.

                “Kamu kak Febly apa Kak Putu sih?” tanya Renzi heran dengan tingkahku.

                “Oh iya, kak Putu kok nggak kelihatan? Hloh.. hloh… udah nggak ada yang keluar lagi,Ren.”

                “Kamu sih berisik aja, aku juga nggak ngelihat David kan. Mungkin udah turun duluan tapi kita nggak tau.”

Okeh, selanjutnya kami mau masuk ke dalam stadion tapi sayangnya kami nggak diperbolehkan masuk. Gerbang luar ditutup total, dan kami hanya bisa melihatnya dari luar, itu pun masih dihalangi oleh bodyguard-bodyguard yang mengamankan TimNas U-19. Kami sudah memohon-mohon untuk diperbolehkan masuk dan berjanji nggak akan mendekat ke para pemain, cukup di pinggir lapangan saja, tapi tetap nggak diperbolehkan. Sempat kami protes karena ada beberapa yang diperbolehkan masuk, tapi ternyata itu adalah atlet lari yang akan latihan.

                “Lama-lama aku pura-pura jadi atlet kok kalau kayak gini, biar dibolehin masuk.”, ujar Renzi.

                “Iya, Ren. Ah, nggak seru deh bodyguard-bodyguardnya ini.”

Cukup lama kami tak diperbolehkan masuk, hingga aku tak sadar air mata ini tiba-tiba terjatuh. Ntah apa yang aku rasakan. Tapi yang pasti aku, tak terkecuali para fans lainnya pasti juga kecewa nggak diperbolehkan masuk seperti ini. Kami pun cuma bisa menggerutu sendiri di luar. Tak berselang lama, akhirnya kami diperbolehkan masuk tapi melalui pintu samping. Tanpa pikir panjang,  kami semua berlari berebutan untuk masuk ke dalam. Memang hanya bisa melihat dari tribun, tapi seenggaknya sudah cukup jelas untuk melihat sesi latihan para pemain TimNas U-19.

Di sana, di lapangan para pemain berlatih menurut posisinya masing-masing. Di ujung selatan lapangan adalah kelompok para pemain tengah, di tengah lapangan adalah kelompok para striker, di sisi timur lapangan adalah para bek dan posisi terdekat kami, di ujung utara lapangan adalah kelompok kipper. Satu yang terlihat menonjol adalah kak Maldini yang sedang lari-lari kecil sendiri memutari lapangan. Yah, mungkin karena masih cidera mangkannya hanya latihan ringan saja.

Nggak banyak yang aku lakukan di sana. Cukup dengan mengambil foto mereka, terutama kak Putu. Kami nggak berani terlalu keras teriak-teriak memanggil nama mereka karena khawatir akan mengganggu konsentrasi latihan. Pukul 17.00 WIB, mereka mulai berkumpul membuat sebuah lingkaran di tengah lapangan. Sebelum bubar, aku dan Renzi keluar duluan untuk stand by di dekat bus TimNas U-19. Sambil menunggu keluarnya para pemain, kami menyempatkan diri untuk berfoto di belakang bus yang terdapat banner bergambar sponsor MnG dan jadwal pertandingan antara TimNas U-19 dengan Persik U-21. Tak berselang lama setelah itu, banyak fans yang mulai bergerumbul di dekat pintu masuk stadion dan pintu bus. Kami pun segera berlari dan mengambil barisan paling depan untuk menunggu idola kami keluar dari stadion.

                “Ren, David tuh. Cepetan kasih kadonya.”, kataku heboh kepada Renzi.

                “David…. “, panggil Renzi seraya memberikan kado yang ia bawa.

                “Makasih ya.”, ucap David dengan senyum manisnya.

                “Nad, Kak Putu.”, kata Renzi kepadaku.

                “Kak Putu, ini..”, kataku seraya memberi kado sederhanaku ini.

                “Makasih.”, ucap kak Putu dengan senyum yang tak kalah manisnya dengan David.

                “Aaaaaaa… Renzi lihaten…. Senyumnya…. Suaranya…. Aaaaaaa….. Kak Putu….”, histerisku nggak jelas dengan mengguncang-guncangkan tubuh Renzi.

Setelah sesi latihan dan pemberian kado tadi, cepat-cepat kami mengambil motor dan langsung tancap gas kembali ke hotel Insumo. Rasanya kurang dan belum puas kalau belum bisa foto bareng mereka dan mendapatkan tanda tangannya.

Di hotel Insumo sudah ada beberapa orang yang menunggu kedatangan mereka. Ternyata beberapa orang tersebut adalah peserta MnG untuk acara malam harinya. Aku dan Renzi pun cepat-cepat mengambil posisi di dekat pintu lobby dengan buku Gawang Merah Putih dan bolpoin yang ada di tanganku. Bus yang membawa TimNas U-19 sudah sampai dan keluarlah Kak Putu disusul David turun dari bus.

                “Kak Putu, boleh minta tanda tangan?”, pintaku dengan menyodorkan buku yang ku bawa. Kak Putu pun dengan senyumannya meraih bolpoinku dan mulai menggoreskan tinta di lembar pertama.

                “Makasih,Kak.”, ucapaku senang.

                “David, minta tanda tangan.”, kini ganti Renzi yang beraksi meminta tanda tangan.

Nggak banyak waktu yang kami punya pada saat itu. Jam sudah menunjukkan pukul 17.20 dan kami harus segera pulang sebelum mendapat omelan dari orangtua yang menanti di rumah.

                “Gimana nih Nad, kita belum foto bareng hlo.”, ujar Renzi.

                “Yaudah, kita kembali ke sini tanggal 5 aja ya pas mereka mau berangkat ke Malang. Kalau 2 hari besok di rumah aja. Kita udah 2 hari keluyuran mulu, ntar kena omel lagi.”, jelasku.

                “Okeh, tanggal 5 jam 8 ya, Nad.”, kata Renzi.

Hahahhaha…. Tanggal 2 yang melelahkan. Sempat kami was was, gimana kalau ternyata tanggal 5 itu TimNas U-19 sudah berangkat dini hari menuju Malang? Sungguh, pasti penyesalan yang didapat. Kapan lagi coba TimNas U-19 ke Kediri? Tapi untungnya ketika aku sudah stand by setengah jam lebih awal dari perjanjian, ternyata bus TimNas U-19 masih terparkir rapi di depan hotel, yang artinya mereka pasti belum berangkat. Buru-buru aku mengirim pesan singkat ke Aren untuk segera datang, karena khawatir para pemain TimNas U-19 bakal berangkat ke Malang lebih cepat.

Setelah kurang lebih 15 menit menunggu Renzi datang, kami pun masuk ke halaman hotel dan menunggu di pos satpam. Awalnya fans yang datang masih bisa dihitung, sekitar 10 orang, tapi semakin siang semakin banyak pula fans yang datang. Menurutku sih masih lebih banyak di tanggal 2 kemarin. Detik demi detik terus berputar, hingga baru pukul 13.00 WIB para pemain TimNas U-19 keluar dengan membawa tas mereka ke dalam bus. Di saat itulah kami semua berlari ke sana ke sini untuk berebut foto bareng dan minta tanda tangan mereka. Aku sudah siap dengan setumpuk kertas lipat warna warni dan spidol hitam besar di tanganku, sedangkan Renzi juga sudah siap dengan kamera yang dibawanya. Kami saling bergantian mengambil foto, tak ketinggalan pula tanda tangannya.

                “Ren, ada kak Febly.”

                “Ren, itu kak Sahrul.”

                “Nad, itu Kak Mahdi.”

                “Diky,Ren, Diky.”

                “Kak Muchlis,Ren, ayo cepetan!”

                “Nad, itu kak Dimas, ayo!”

Bahkan di sela-sela rebutan foto bareng itu pun kami berdua sempat terpencar. Aku sibuk dengan meminta tanda tangan para pemain yang sebelumnya nggak sempat minta setelah foto bareng, juga Renzi yang nggak tau dimana posisinya.

                “Ya ampun Nadin, aku cariin juga. Udah, tanda tangannya ntar aja, yang penting foto dulu. Ayo cepetan, di sana ada Kak Evan.”, seru Renzi kepadaku.

                “Iya,iya, bentar.”

Sesi minta foto bareng pun kembali berlanjut. Saat melihat kak Evan yang masih banyak dikerumuni fans, akhirnya kita mengalah duluan dan mencari pemain yang lain.

                “Nadin, kak Hagi.”

                “Ren, Renzi, itu David, cepetan!”

                “Kak Putu, Nad. Ayo cepetan mumpung mulai kosong.”

                “Kak Ravi, Ren.”

                “Itu ayo tinggal kak Evan, Nad yang belum masuk bus, cepetan kita belum foto bareng kak Evan.”


Selesai sudah sesi foto bareng dan minta tanda-tangannya. Meski nggak semua yang didapat, seenggaknya cukup daripada nggak sama sekali. Mau gimana lagi, mereka harus cepat-cepat naik bus supaya bisa segera berangkat ke Malang untuk melanjutkan tour nusantaranya. Walaupun perjuangan dan pengorbanan kami berdua nggak seberapa dengan yang lainnya, tapi kami tetap bersyukur sudah kedatangan TimNas U-19 dan bisa bertemu langsung dengan mereka. See you kakak-kakak TimNas U-19.

.
.
.
.
.
*pernah aku post di grup fb sih.. 
tapi aku post lagi aja di blog,, biar ada jejaknya..
hehehehe....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjuangan Bertemu TimNas U-19 di Kediri

            Halo… Aku mau berbagi pengalaman ketika ingin bertemu dengan TimNas U-19 saat tour nusantara jilid 2 di Kediri tanggal 4 Juli 2014 kemarin . J Perjuangan dimulai sejak tanggal 1 Juli 2014 sore hingga tanggal 5 Juli 2014 siang saat TimNas berangkat lagi ke Malang untuk melanjutkan tour nusantaranya.

Kamu

Mengenalmu adalah keberuntunganku Keberadaanmu adalah semangatku Senyumanmu adalah bahagiaku Tatapanmu adalah jantungku Melihatmu sendiri ku merasa sedih Melihatmu bersamanya ku cemburu Di dekatmu ku menjauh Jauh darimu ku rindukanmu Tak pernah ku tahu apa yang sebenarnya ku rasakan?! Perasaan ini sulit ntuk ditebak, Ku hanya ingin kau tahu.. Bahwa aku menyayangimu

Senja

Senja. Apa sih yang aku tahu tentang senja? Cuma langit berwarna jingga kemerah-merahan yang muncul ketika sore hari menjelang Magrib. Apanya yang istimewa? Nggak ada sama sekali hingga senja itu sendiri tiba-tiba masuk ke dunia kecilku dan merubah semua pemikiranku.             Banyak orang yang bilang bahwa senja itu adalah salah satu anugrah Tuhan yang begitu indah. Aku mulai setuju pendapat itu, walau sebenarnya aku belum pernah benar-benar melihat secara langsung proses tenggelamnya matahari.