Di
pagi hari yang cerah, munculah pelangi yang sangat indah sekali. Burung-burung berterbangan ke sana ke mari. Banyak bunga
di taman yang mulai bermekaran. Apa tadi? Bunga? Yapz, itu yang membuat sesosok
lelaki tampan yang kini sedang duduk termangu di balkon rumahnya. Ia teringat
akan kejadian di perpustakaan sekolah tempo hari, ketika ia sedang membaca
majalah robot.
***
“Hai Bintang…” sapa seorang wanita yang memiliki rambut
panjang bergelombang serta wajah yang manis, cantik sekali.
“Iya.”
jawabnya jutek.
“Sedang
apa?” tanyanya yang saat itu telah duduk di depan Bintang
“Uuupss,
sorry. Kamu suka robot ya?”
“Nggak
juga.” jawab Bintang.
“Kamu
lapar nggak?”
“Nggak.”
jawabnya singkat.
“Nggak
pengen ke kantin?” tanya wanita itu, tapi Bintang hanya menggeleng, sedari tadi
pandangannya tak beralih dari majalah robot yang ia baca.
“Bintang…”
panggilnya lirih, wajahnya sedikit ditundukkan agar bisa melihat wajah Bintang
yang rupanya sedang serius membaca.
“Apa?”
Bintang mendongakkan kepalanya. Namun, saat pandangannya beralih kepada wanita
yang ada di hadapanya, ia menangkap suatu tatapan yang memancarkan kekaguman
dari mata wanita tersebut. Entah mengapa, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih
cepat.
Wanita
itu tersenyum, memperlihatkan giginya yang berbehel dan tertata rapi, semakin
terlihat manis dan cantik.
“Nggak
apa kok. Ya sudah, aku balik ke kelas dulu ya. Bye Bintang…” pamitnya.
Bintang tak merespon, ia hanya melihat kepergian sesosok
wanita yang baru saja duduk di hadapannya keluar dari pintu perpustakaan.
***
Kini
Bintang telah ada di ranjang kamarnya, ia berbaring dan ingin mengartikan
tatapan yang ia tangkap dari wanita di perpustakaan itu.
“Tatapan
itu… seperti ada sesuatu yang mengganjal, tapi apa? Lalu, kenapa tiba-tiba
perasaanku jadi seperti ini? Apakah aku?” gumamnya bingung.
Ia
meringis. “Hahaha… rasanya tak mungkin. Oh Bunga, mengapa kau membuatku seperti
ini?” kini, fikirannya tak lepas dari sesosok Bunga. Seorang wanita yang berada
di perpustakaan tempo hari, teman sekelas Bintang di kelas XI IPA3, dan
primadona di sekolahnya.
***
“Bintang…” panggil seorang wanita dari kejauhan ketika
pulang sekolah.
Langkah
kaki Bintang terhenti, ia mencari arah sumber suara tersebut.
“Apa Bunga?” tanyanya ketika sang empunya suara berdiri
tepat di samping Bintang.
“Kamu
pulang sama siapa?” tanya wanita tersebut yang ternyata ialah Bunga.
“Sendiri,
ada apa?”
“Pulang
bareng aku ya? Please…” pinta Bunga.
“Iya.”
jawabnya singkat. Sesungguhnya ada perasaan senang ketika ditawarkan untuk
pulang bersama Bunga.
***
Sesampainya
di rumah…
Dengan santainya Bintang merebahkan tubuhnya di ranjang
kamarnya. Ia merasa senang sekali bisa pulang bersama Bunga.
“Bunga,Bunga,
Bunga… kini aku tau apa yang aku rasakan sekarang. Cinta! Ya, aku sedang jatuh
cinta padamu. Tapi, apakah tatapan itu benar –benar pertanda bahwa kau
menyimpan rasa untukku? Entahlah.” gumamnya.
***
Keesokan
harinya di sekolah, Bintang bertekad untuk mengungkapkan perasaannya. Tetapi
apa daya, sampai bel pulang sekolahpun, ia tak juga menjumpai sesosok wanita
yang ia cari.
“Mencari
Bunga? Ia pindah ke Paris ikut keluarganya.” kata sahabat Bunga.
“Pindah?
Sejak kapan?” Bintang merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
“Sepulang
sekolah kemarin, Bunga langsung tancap gas ke bandara.” jelasnya.
“Tapi,
kenapa nggak pamit dulu sama yang lainnya?”
“Pamit?
Kamu bilang pamit? Kamunya yang nggak sadar, kamu terlalu jutek sehingga nggak
tau apa yang terjadi di sekeliling kamu. Nich, Bunga nitipin surat buat kamu.”
katanya sembari memberikan sepucuk surat.
“Oya,
aku cuma mau bilang, seharusnya kamu bisa cepet sadar akan perjuangan Bunga
mendekati kamu yang super cuek itu.” ucapnya yang langsung pergi meninggalkan
Bintang
Perlahan, ia membuka sepucuk surat itu.
Bintang,
Maaf,
aku nggak sempet pamit ke kamu, karena aku tau kamu nggak bakal peduli sama
aku.Dalam surat ini, aku cuma mau jujur tentang perasaanku. Sebenarnya aku
menyimpan rasa terhadapmu sejak aku melihatmu saat MOS SMA. Aku nggak tau,
kenapa aku terpikat kepada seorang lelaki jutek sepertimu. Bintang, terimakasih
kau mau mengenalku, dekat denganku, dan terimakasih juga atas hari-hari yang
pernah kau berikan kepadaku.Walau aku tau, kau tak akan pernah mempunyai rasa
yang sama terhadapku. Sekali lagi terimakasih…
Bunga
Terlambat!
Yapz, satu kata yang pantas untuk Bintang. Kini ia hanya bisa menyesali sikap
jutek yang ia punya. Karena sikap juteknya juga, ia jadi kehilangan cintanya, cinta
yang belum pernah ia rasakan.
“Maafkan
aku Bunga. Di sini aku hanya bisa mendoakan, semoga dirimu di sana akan
baik-baik saja. Karena aku di sini akan selalu rindukan dirimu Bunga.” ucapnya.
# Hasil tugas Bahasa Indonesiaku dulu kelas 10, hahahhaa....
Komentar
Posting Komentar