“Lo itu yang seharusnya ngalah!!” kata Alvin.
“Nggak bisa, seharusnya cowok itu yang ngalah sama cewek !!!” balas Shilla.
“Terserah, yang penting kemarin gue yang menang.”
”Gue yang menang.”
”Gue...”
”Gue...”
”Lo tuh kemarin curang. So, gue yang menang?!!”
“Kenapa sih, lo nggak pernah nerima kenyataan kalau
gue yang menang??” tanya Alvin.
“Karena kenyataanya emang gue yang menang.” jawab Shilla santai.
“Gue tau yang menang.”
“Gue… “
Perdebatan antara Alvin
dan Shilla pun terus berlanjut. Biasalah masalah sepele selalu saja
dibesar-besarkan. Seperti di taman sekolah pagi ini. Sampai anak-anak satu sekolah
capek ngeliat mereka berdua debat terus, termasuk sobatnya, Agni.
“STOOOOPP !!! “ teriak Agni.
“Lo berdua bisa nggak sih nggak debat sehariii aja cuma
karena masalah sepele??! Nggak malu apa sama anak-anak satu sekolah?? “
pinta Agni.
“Apanya yang sepele ? Dia kemarin tuh curang dan
curang itu DILARANG !!! kata Shilla dengan menekankan kata dilarang.
“Eh, siapa yang curang ??? “ bantah Alvin.
“Stop,stop,stop!!!
Emang apaan sih masalahnya? “ tanya Agni.
“GAME... “ jawab mereka berdua kompak.
“Tuh kan bener, sepele lagi kan? Pakek lo berdua jawabnya
kompak lagi.“ kata Agni.
“Pastinya dooong, kita... Iya nggak ??? ” ucap
Alvin merangkul Shilla.
“Pasti... “ tambah Shilla.
“Aneh ya lo
berdua, tadi berantem, sekarang rangkulan.” Agni heran.
“Iiiicchhh…
apaan sih lo, lepasin !!!” kata Shilla yang baru menyadarinya.
“Iiicchhh..
nggak usah keGR an deh lo!” balas Alvin.
“Huhft…” kata
Alvin dan Agni bebarengan yang saling bertolak belakang.
“Huuftthh… Lama-lama gue stres juga di sini ngadepin lo
berdua.”
Agni pun
langsung pergi dari taman meninggalkan mereka berdua. Alvin dan Shilla pun
tertawa dan akan saling teplos, tapi nggak jadi.
“Siapa lo?”
tanya Alvin judes.
“Lo itu yang
siapa?” balas Shilla yang tak kalah judes.
***
Separuh nafas ku terbang
Bersama dirimu
Saat kau tinggalkanku
...Salahkanku
Salahkah aku
Bila aku bukanlah
Seperti aku yang dahulu
Shilla bernyanyi
dengan diiringi gitar oleh Alvin. Sekarang mereka berada di teras rumah Agni.
Biasa, setiap malam minggu mereka selalu berkumpul di rumah Agni untuk sekedar
mengisi waktu luang.
“Tumben nih lo
berdua akur? Hahaha… Oh iya, ini seadanya aja ya.” kata Agni menawarkan
sepiring brownies dan dua gelas sirup
yang dibawanya dari dalam rumah.
“Berantem
salah, akur malah heran.” ujar Shilla.
“Hehehe… Sorry-sorry.
Udah ah, tuh dimakan, maaf lho kalau nggak cocok” ucap Agni.
“Nggak masalah
Ag, apa pun itu bakal gue santap, yang penting kenyang.” kata Alvin.
“Emang lo udah
berapa abad kagak makan?” tanya Shilla dengan candanya.
“Lo nanya atau
ngeledek sih? Yang bener aja, umur gue belum sampai segitu.” kata Alvin sewot.
“Hahaha… Just
kidding Alvin.” ucap Shilla.
“Gitu kek tiap
hari, jangan berantem mulu apalagi yang dipermasalahin cuma hal sepele! “ kata
Agni.
“Hehehe…
iya,iya. Eh, nyanyi yuk, gue iringi pakai gitar.” ajak Alvin.
“Ayo…”
Pernah kah kau merasa
Hatimu Hampa
Pernah kah kau merasa
Hatimu Kosong
Cukup sudah kuberikan cintaku
Cukup sudah……
…ku kini mulai
gerah
Ku perlu oksigen
Untuk aku
bernafas………
“Lhoh, kok
berhenti musiknya?” tanya Agni heran ketika Alvin berhenti memainkan gitarnya.
“Sebenernya
yang stres itu kita atau lo sih?” tanya Alvin yang tak kalah herannya.
“Emang kenapa?”
tanya Agni yang belum sadar juga.
“Lo aneh, sejak
kapan sih lirik lagu Hampa Hatiku berubah jadi lirik lagu Parasit?” tanya Alvin
yang terlihat gemas terhadap Agni.
“Hehehehe…
Liriknya salah ya?? Sorry,sorry…” ucap Agni.
“Hadeecchhh…”
ucap Shilla.
***
Ntah mengapa
Hari Senin merupakan hari yang paling dibenci oleh anak-anak sekolah, tak
terkecuali tiga anak manusia yang terlihat gelisah ketika di perjalanan pulang
sekolah.
“Dapat berapa
ulangan fisika lo tadi?” tanya Shilla pada Agni
“Biasalah,
jeblok.” jawab Agni.
“Udah Hari
Senin pelajarannya eksak semua, banyak tugas pula, masih aja tuh guru killer
ngadain ulangan dadakan, yang bener aja!” keluh Shilla.
“Setuju banget
gue. Apalagi tadi gue sempet stres tuh gara-gara nggak tau pakai rumus yang
mana.”
Lagi
bête-betenya ngomongin ulangan fisika, mereka mendengar sebuah suara yang cukup
keras dari belakang.
“Jeduukkk…Bruukkk…”
Mereka
berdua pun refleks menghadap ke belakang, arah dimana suara itu muncul. Di sana
mereka mendapati Alvin sudah terjatuh dengan posisi duduk dan tangan yang
mengusap-usap keningnya.
“Ya
ampun, Alvin…” kata Agni kaget.
“Hahahhahaa…”
Agni dan Shilla pun tiba-tiba tertawa.
“Wooyy…
Tega amat sih lo berdua ngeliatin temen lo sendiri kesakitan kayak gini.
Bantuin kek, atau apa kek!” cerocos Alvin yang berusaha menahan keningnya yang
sakit.
“Hahahaa…
Iya deh iya.” kata Shilla yang kemudian menghampiri Alvin bersama Agni.
“Sini
tangan lo! Manja banget sih jadi cowok.” kata Shilla.
“Aduh…
Beneran sakit tau!!” keluh Alvin.
“Lo
juga sih yang aneh, udah tau di depan lo ada tiang, masih aja lo tabrak.” kata
Agni.
“Ya
sorry, gue kagak liat depan.” ucap Alvin.
“Emangnya
lo ngelihatin apaan sih sampai nggak konsen ke depan?” tanya Shilla yang mulai
kepo.
“Tuh…”
jawab Alvin sambil menunjuk seorang cewek yang sedang duduk di kursi halte seberang
jalan.
“Eh,
itu bukannya Via ya, yang terkenal smart di sekolah kita?” tanya Shilla
memastikan.
“Iya,
bener itu Via. Oh,gue tau, lo naksir dia ya?” tanya Agni penuh selidik. Alvin
hanya tersipu malu.
“Eh..eh..
Itu bukannya Gabriel? Ngapain dia sama
Via?” tanya Agni yang jadi ikutan kepo.
“Ya
mana gue tau.” jawab Shilla mengangkat bahunya.
“Lo
jangan kelihatan kecewa gitu dong,Vin. Lagi pula belum tentu juga kok kalau
mereka itu pacaran.” Shilla berusaha menghibur Alvin.
Via
merupakan salah seorang murid yang memang terkenal kecerdasannya di sekolah.
Tak hanya itu, kecantikan dan kerendahan hatinya juga membuat para cowok banyak
yang meliriknya. Seperti Gabriel, seorang atlet kebanggaan sekolah yang sudah
lama dekat dengan Via. Tak ada yang tau pasti bagaimana hubungan diantara
keduanya.
***
“Bagus
banget nih novelnya. Beli dimana?” tanya Agni ketika mereka sedang duduk di
koridor kelas mereka.
“Ya
di toko bukulah.” jawab Shilla sekenanya.
“Ya
gue tau. Maksudnya, nama toko bukunya itu apa?” tanya Agni.
“Nama
tokonya itu…” Shilla baru menjawab ketika ia melihat Alvin yang berada di
sampinya sedari tadi tak bersuara.
“Vin,
tumben lo diem aja?” tanya Shilla heran. Alvin tak menjawab.
“ALVIIIIN…”
teriak Shilla di dekat telinga Alvin.
“Apaan
sih lo teriak-teriak. Biasa aja dong, telinga gue masih normal!” kata Alvin
sewot.
“Lo
sih, ditanyain juga malah kagak jawab. Ngelihatin apaan sih lo?” tanya Shilla.
“Tau
ah…” ucap Alvin kesal.
“Oh,
gue tau. Lo ngelihatin Via sama Gabriel lagi berdua di taman ya? Udah, tenang
aja, jangan jealous gitu dong! Kita bakal bantuin lo buat dapetin hatinya Via
kok.” kata Agni.
“Bantuin
apaan? Yang ada lo berdua malah ngeledekin gue mulu.” kata Alvin.
“Percaya
deh sama gue.” kata Agni.
“Caranya?”
tanya Alvin dan Shilla kompak.
“Ehem…”
Agni mulai menjelaskan strateginya.
Alvin
mulai menjalankan semua apa yang dikatakan Agni. Mulai dari belajar yang giat,
karena Via adalah anak yang smart. Selanjutnya ikut latihan karate, karena
Gabriel jagonya karate. Yang terakhir adalah merubah penampilan Alvin, karena
Gabriel merupakan salah satu cowok terkeren di sekolah.
“Haduh…
susah banget sih syarat yang harus dijalani buat ngedapetin hatinya Via.” keluh
Alvin.
“Selera
lo tinggi sih. Via kan tajir, cantik, pinter, baik lagi. Udah pasti dia banyak
yang naksir” kata Shilla.
“Lo
harus tetep berjuang, Vin. Seperti peribahasa, bersakit-sakit dahulu, kabur
kemudian. Eh, salah deh. Apa lanjutannya?” tanya Shilla dengan candanya.
“Bersenang-senang
kemudian.” jawab Agni.
“Nah
tuh.” kata Shilla.
“Iya
deh iya. Demi Via, gue rela ngelakuin apa pun.” ucap Alvin.
***
Hari
terus berganti, tak terasa Uangan Akhir Semester telah tiba…
“Inget
Vin, kalau ngerjain soal yang bener. Tunjukin ke Via kalau lo juga smart.” kata
Shilla.
“Siap
Bos…” jawab Alvin.
***
Sepuluh
hari Ulangan Akhir Semester berjalan dengan lancar dan satu minggu lagi akan
diumumkan peringkat parallel ke satu sekolahan.
Satu minggu kemudian…
Semua
murid sudah berkumpul di dalam aula. Kepala sekolah mulai membacakan peringkat
parallel dari kelas 10-12. Tibalah pengumuman peringkat parallel kelas 11.
“Untuk
kelas 11 IPA, peringat 1 paralel untuk semester kali ini ialah…”
Seluruh
murid mulai tegang tak terkecuali Alvin,Shilla dan Agni.
“Alvin
dari kelas 11-IPA 2.” lanjutnya. Semua murid memberikan teplos untuk Alvin.
“Congratulation
ya,Vin.” ucap Shilla dan Agni.
“Thanks
ya.” Alvin tersenyum penuh kebahagiaan.
“Hai
Alvin, selamat ya. Gue nggak nyangka kalau bakal ada saingan baru.” kata
seorang cewek tiba-tiba.
“Makasih
ya,Vi..” kata Alvin senang.
“Ehem..
cie..cie..” ledek Shilla dan Agni.
“Via,
selamat ya. Meskipun lo turun ke peringkat 2, tapi lo tetep sepupu gue yang
paling smart kok.” kata seorang cowok yang tiba-tiba juga ikut nimbrung.
“Hahahaha…
Iya Yel, makasih.” ucap Via.
“Eh,
kalian bertiga kenapa kok pada melongo gitu?” tanya Gabriel yang baru menyadari
akan ekspresi Alvin,Shilla dan Agni.
“Lo
berdua saudaraan?” tanya Alvin yang tampak shock.
“Iya
emang. Kenalin, gue Gabriel, sepupunya Via.” kata Gabriel menjabat tangan
Alvin.
“Jadi,
kalian nggak pacaran?” Shilla memastikan.
“Ya
nggaklah. Emang kenapa sih?” tanya Via penasaran.
Mereka
bertiga pun menceritakan semua kejadian yang dialami Alvin.
“Oh,
jadi gitu ceritanya? Hahaha… Tenang aja,Vin, gue sama Via sepupuan kok. Jadi lo
bebas deh dekein Via.” kata Gabriel.
“Huhftt..
tau gitu gue nggak perlu nyiksa diri sampai jungkir balik, muter otak.” sesal
Alvin.
“Hahahaha…
tapi gitu itukan juga ada manfaatnya,Vin. Lo jadi peringkat 1 parallel di
semester kali ini.” ujar Agni
“Jadi, nggak
ada yang perlu disesalin.” sambung Shilla.
“Gue salut sama
perjuangan lo,Vin. Lo juga kan, Vi?” tanya Gabriel ke Via.
“Apaan sih lo?”
kata Via malu-malu.
“Hahahaha…”
mereka pun tertawa akan kesalahan feeling Alvin,Shilla dan Agni.
Kita semua
pasti pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Satu hal yang terkadang
membuat kita penasaran adalah apakah ia yang kita cintai juga mencintai kita?
Kita tak akan pernah tau jika kita tak pernah menyatakannya. Mungkin terlihat
sulit jika yang kita cintai ternyata seseorang yang begitu disegani banyak
orang. Tapi tak menutup kemungkinan,
dengan adanya sebuah perjuangan, pengorbanan, sikap optimis dan kekuatan
doa, cinta itu bisa kita gapai seutuhnya. Fighting ?!!
Komentar
Posting Komentar