Langsung ke konten utama

Selamat Jalan, Kasih...



Sore hari sekitar pukul 16.00 WIB. Langit yang cerah kini tertutupi oleh awan-awan hitam nan gelap. Satu per satu rintikan hujan mulai berjatuhan ke bumi. Jalanan yang tadinya kering, kini menjadi basah dan licin.
            Detik demi detik hujan semakin lebat. Sehingga membuat seorang pengendara sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi agar ia cepat sampai rumah.
BRAKK !!! Sreettt……….
            Tetapi sungguh tak terduga, ia tergelincir jatuh dan terseret bersama motornya sejauh tiga meter saat ia hendak mendahului dua mobil yang berada di depannya.
***
PYARR !!!
“Aww….” rintih seorang cewek berwajah cantik,berambut panjang lurus dan berbehel indah.
“Kamu kenapa Fy?” tanya Nova, salah satu sahabatnya yang paling mungil.
“Nggak apa-apa kok Va.” jawab Ify, menahan sakit di luka tangannya.
“Tangan kamu berdarah.” ujar Gita memegang tangan Ify.
“Udah, nggak apa-apa. Cuma luka sedikit kok.”
“Jangan disepelekan, nanti kena infeksi! Ayo aku obati.” ajak Shilla yang langsung mengambil kotak P3K di rumahnya.
“Maaf ya Shill, gelasnya aku pecahin.” ucap Ify.
“Udah, nggak apa-apa. santai aja!” jawab Shilla di sela-sela ia mengobati luka Ify.
Keempat remaja ini sedang menyelesaikan tugas kelompok di rumah Shilla, salah seorang anak yang kedua orangtuanya adalah dokter.
TULIT-TULIT….
            Handphone Nova, Gita dan Shilla berbunyi. Mereka bertiga meraih Handhone masing-masing dan langsung membaca isi SMSnya. Ify yang melihat ketiga temannya serius membaca SMS menjadi penasaran.
“SMS dari siapa sih? Kayaknya penting banget.” tanya Ify pada ketiga sahabatnya.
“SMS dari..dari..dari…” ucap Nova terbata-bata sambil melirik ke arah Gita dan Shilla.
“Dari ketua kelas.” jawab Gita tegas yang langsung dilirik oleh Nova dan Shilla. Gita yang menyadari itu langsung mengedipkan salah satu matanya.
“Ketua kelas? Emangnya ada apa? Kok aku nggak diSMS ?” tanya Ify beruntun.
“ Mungkin Gabriel nggak punya nomor kamu kali.” jawab Nova sekenanya.
“Masa sih? Emang isinya apa?” tanya Ify lagi.
“Mmmm… Besok kita harus berangkat pagi-pagi soalnya disuruh membersihkan kelas.” jawab Shilla spontan.
“Ya bener, suruh bersih-bersih kelas.” Nova dan Gita menyetujui.
“Oh...” ucap Ify yang masih dengan tampang curiga kepada ketiga sahabatnya.
***
            Sebuah ruangan yang berbau obat-obatan telah dipenuhi oleh tangisan pilu dari keluarga, beberapa guru dan teman. Mereka semua tak tega melihat kondisi seseorang yang tengah tergeletak lemah tak berdaya di ranjang rumah sakit. Darah segar masih keluar terus menerus dari kepala, hidung, tangan serta kakinya. Ia terlalu lemah untuk  berkata-kata lagi.
“Ayah..Ibu..Kakak…” ucapnya lirih.
“Ya Rio.” jawab sang ibu memegang erat tangan anaknya itu.
“Rio minta maaf ya kalau selama ini Rio belum bisa menjadi anak dan adik yang baik buat kalian.” ucap Rio.
“Ya Rio sama-sama. Ibu, Ayah dan kakak memaafkan kamu. Tapi kamu harus kuat ya, Nak!” kata sang ibu.
“Bapak,ibu guru dan teman-teman…. Rio juga minta maaf sama kalian semua kalau selama ini Rio selalu bandel dan jahil di sekolah.” ucapnya lagi yang disertai anggukan dari guru dan teman-temannya.
“Shilla...” panggil Rio.
“Iya Yo.” jawab Shilla.
“Tolong sampaikan ke Ify. Aku minta maaf kalau selama ini belum bisa menjadi cowok yang baik buat dia. Dan aku juga minta maaf nggak bisa selalu mendampingi dia.” pesannya dengan suara yang semakin melemah.
“Iya Yo, insyaallah aku sampaikan.” kata Shilla.
“Sam..paikan juga… ka..lau…. Rio… sa..yang…Ify….” ucapnya terbata-bata yang kemudian langsung menutup kedua matanya tepat pada pukul 19.00 WIB.
“RIO…..” teriak seisi ruangan disertai dengan isak tangis mereka.
***
            Suasana pagi hari sudah meembuat kelas XII-IPA3 gaduh. Mereka membicarakan kejadian yang baru saja terjadi kemarin.
“Apa pun yang terjadi, jangan sampai Ify tau dulu!” Gabriel angkat suara.
“Tapi nggak bisa gitu juga dong, dia kan…” ucapan Alvin terhenti saat ia melihat Ify telah datang.
“Ssstttssstss…Ify datang.” bisik Gita.
“Hai... Tumben ngumpul di depan kelas?” tanya Ify yang baru saja datang.
“Ya sekali-sekali nggak apa-apa kan?” jawab Alvin.
Ify menggelengkan kepalanya sambil berkata “Aneh kalian.”
“Anak XII-IPA3, kita dari kelas XII- IPA1 turut berduka cita ya.” ucap Sivia tiba-tiba.
“Kita dari kelas XII-IPA 2 juga turut berduka cita ya…” sambung Agni.
“Emangnya ada apa sih? Siapa yang kena musibah?” tanya Ify yang bingung dengan perkataan Sivia dan Agni barusan.
“Please... Jujur sama aku! Ada apa?” paksa Ify.
“Yang kena musibah...emmm...” kata Shilla tegang dengan menyenggol lengan Gabriel yang ada di sebelahnya.
“Ada apa? Siapa yang kena musibah??” paksa Ify lagi.
“Emmmm…”

PERHATIAN - PERHATIAN..
UNTUK SISWA KELAS XII-IPA 3 DIHARAP BERKUMPUL DI DEPAN RUANG GURU SEKARANG JUGA !! TERIMAKASIH…

“Nah tuh ada panggilan disuruh kumpul. Ayo semuanya ke depan ruang guru!” ajak Gabriel memecah ketegangan.
“Ya, ayo Fy kumpul dulu.” ajak Shilla yang merasa dirinya terselamatkan untuk sementara.
***
“Anak-anak, sekarang silahkan kalian masuk ke dalam mobil sekolah yang telah disiapkan. Kita akan segera menuju ke rumah keluarga Rio.” ujar seorang guru.

            Semua murid kelas XII- IPA 3 menuju mobil sekolah. Ada dua mobil yang telah disiapkan. Satu per satu murid mulai memasuki mobil.
“Sebenarnya ada apa sih? Kenapa tiba-tiba kita harus ke rumah Rio?” tanya Ify penasaran. Tapi semuanya tak ada yang menjawab. Hanya isak tangis mereka yang terdengar.
“Hei... Sekali lagi aku tanya,ada apa ini?”
“Kamu yang sabar, yang kuat ya Fy ! kamu juga bakal tau sendiri kalau sudah sampai.” jawab Shilla. Ify harap-harap cemas.
***
“Shill, kenapa rumah Rio ramai ya? Dan kenapa semua tamu-tamunya memakai pakaian warna hitam semua?” tanya Ify bingung saat ia sampai di rumah Rio.
“Sekali lagi aku pesen, kamu yang kuat ya!” ujar Shilla.
            Mereka semua termasuk beberapa guru turun dari mobil dan berjalan memasuki rumah Rio. Tapi sebelumnya mereka bersalaman kepada tamu-tamu yang tengah duduk menunduk di sepanjang halaman rumah.
            Semuanya sudah memasuki rumah. Tinggalah Ify, Shilla, Nova, Gita, Gabriel dan Alvin yang masih di luar. Saat tepat di depan pintu masuk rumah, mereka berenam berhenti.
“Tolong jujur sama aku. Siapa seseorang yang tertutup kain itu?” tanya Ify yang memandang lurus tatapannya.
“Rio Fy…” jawab Shilla pasrah. Karena memang saatnya Ify harus tau.
            Bagaikan tersengat listrik. Sebuah pensil berhias boneka Doraemon yang sedari tadi Ify genggam terjatuh karena tak kuat memegang apa pun. Dan Ify yang tadinya berdiri tegak, kini menjadi lemah dan terjatuh ke lantai. Air matanya tak bisa ditahan lagi untuk keluar. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar dan ia lihat di hadapannya.
***
“Tutup dong mata kamu!” ujar Rio suatu hari saat di taman alun-alun sebelum kecelakaan itu.
“Iya deh, udah aku tutup nih.” kata Ify.
“Sekarang buka telapak tangan kamu!” kata Rio. Ify pun menuruti. Rio meletakkan sesuatu di telapak tangan Ify.
“Sekarang kamu boleh buka mata kamu!” Ify pun membuka matanya.
“Wah, bagus banget,Yo. Kamu sendiri yang buat?”
“Iya, suka nggak?”
“Banget. Makasih ya, aku sayang kamu.” kata Ify
“Aku juga. Dibawa terus ya pensilnya.”
“Pasti.”
***
“Nggak… nggak mungkin…. Rio…………….” teriak Ify disertai dengan isak tangisnya. Shilla yang berada di dekatnya merangkul Ify dan berusaha menenangkannya.
“Shill, jujur sama aku. Ini semua bohong kan? Ini semua cuma mimpi kan?” tanya Ify penuh harap kalau yang ia lihat itu hanyalah mimpi.
Shilla menggeleng dan berkata “Nggak Fy, ini bener.”
“Nggak mungkin…” ucap Ify.
“Kenapa? Kenapa kalian nggak ada yang mau kasih tau aku sejak tadi ?” tanya Ify.
“Maaf Fy, ini permintaan Rio. Dia nggak mau liat kamu sedih.” jawab Gabriel.
“Tapi nyatanya aku tetap sedih kan? Kalian semua jahat tau nggak?” kata Ify yang kemudian berdiri dan berlari menghampiri tubuh Rio yang kaku.

“Rio… Bangun Rio. Buktiin kalau semua ini bohong!” kata Ify mengguncang-guncangkan tubuh Rio.
“Ify… Udah dong, kamu harus bisa terima semua ini. Kita juga terpukul atas peristiwa ini.” ucap Shilla seraya mengangkat Ify berdiri.
***
            Pemakaman selesai. Semuanya telah pergi meninggalkan pemakaman. Tinggalah Ify,Shilla,Nova dan Gita yang masih ada di sana. Ify tak mengeluarkan air matanya lagi, tapi pandangannya kosong menatap nisan yang berada di hadapannya.
“Kamu nggak pulang Fy?” tanya Shilla.
“Tolong kasih aku waktu sebentar.”jawabnya.
“Oke…”
            Ify jongkok dan meraba nisan di hadapannya dengan tetap menggenggam pensil pemberian Rio. Ia merasa masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi hari ini.
“Rio…. Meski pun kamu udah nggak ada. Tapi cinta kamu kan tetap ada di hati aku Yo.”
            Yah, begitulah kehidupan, pasti ada kematian. Karena telah disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa “Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjuangan Bertemu TimNas U-19 di Kediri

            Halo… Aku mau berbagi pengalaman ketika ingin bertemu dengan TimNas U-19 saat tour nusantara jilid 2 di Kediri tanggal 4 Juli 2014 kemarin . J Perjuangan dimulai sejak tanggal 1 Juli 2014 sore hingga tanggal 5 Juli 2014 siang saat TimNas berangkat lagi ke Malang untuk melanjutkan tour nusantaranya.

Kamu

Mengenalmu adalah keberuntunganku Keberadaanmu adalah semangatku Senyumanmu adalah bahagiaku Tatapanmu adalah jantungku Melihatmu sendiri ku merasa sedih Melihatmu bersamanya ku cemburu Di dekatmu ku menjauh Jauh darimu ku rindukanmu Tak pernah ku tahu apa yang sebenarnya ku rasakan?! Perasaan ini sulit ntuk ditebak, Ku hanya ingin kau tahu.. Bahwa aku menyayangimu

Senja

Senja. Apa sih yang aku tahu tentang senja? Cuma langit berwarna jingga kemerah-merahan yang muncul ketika sore hari menjelang Magrib. Apanya yang istimewa? Nggak ada sama sekali hingga senja itu sendiri tiba-tiba masuk ke dunia kecilku dan merubah semua pemikiranku.             Banyak orang yang bilang bahwa senja itu adalah salah satu anugrah Tuhan yang begitu indah. Aku mulai setuju pendapat itu, walau sebenarnya aku belum pernah benar-benar melihat secara langsung proses tenggelamnya matahari.